Tak salah lagi kiranya, jika
pemerintah merevisi kurikulum pendidikan nasional pada tahun 2013 lalu, dan
disempurnakan dengan K-13 revisi pada tahun 2016 yang lalu. Salah satunya memasukan
mata pelajaran baru yang populer dengan pelajaran prakarya.
Siswa sedang melaksanakan panen sayur (foto mentari literasi)
Hal demikian sebagai bukti
bahwa pemerintah selalu memikirkan masyarakatnya agar mampu hidup mandiri
setelah tamat pendidikan tertentu. Sehingga melalui dinas pendidikan dan sekolah
sebagai ujung tombak dilapangan harus berusaha sekuat tenaga mendidik peserta
didiknya. Tentu guru dengan kapasitasnya sebagai pendidik harus mampu untuk
membentuk karakter siswa-siswinya agar kreatif, inovatif, berakhlak mulia yang penuh kemandirian.
Untuk pelajaran yang
mengajarkan karakter mandiri disekolah tingkat menengah seperti SMP sangat pas jika
anak-anak didiknya diajar mengelola lingkungan sekitarnya menjadi sesuatu yang
bermamfaat dan bernilai guna. Sehingga lingkungan alam yang ada bisa menjadi
sesuatu yang bernilai positif untuk kelangsungan hidup masyarakat diwilayah
sekitarnya.
Anak-anak bangga dengan karyanya (foto mentariliterasi)
Maka kurikulum tidak merinci
keseragaman mata ajar untuk mata pelajaran prakarya ini, sehingga sekolah bisa
memilih mata ajar atau materi sesuai dengan kearifan lokal. Misalnya untuk
daerah yang mempunyai lahan yang luas maka sekolah bisa saja mengajari cara
mengolah tanah, bercocok tanam, pemilihan bibit yang baik, dan yang penting
lagi hasil panen bisa dikelola semaksimal mungkin agar berhasil dan bernilai
guna.
Untuk menjadikan hasil yang
bernilai ekonomi tentu sekolah mampu mengembangkan hasil pertanian tadi menjadi
makanan atau kuliner yang mampu mengangkat perekonomian suatu daerah tertentu.
Sehingga setelah menamatkan mata
pelajaran disebuah sekolah ini nantinya, anak tamatannya mampu mandiri sebagai
wujud dari cita-cita pendidikan menurut UUD 1945.
Sebagai contoh misalnya,
SMPN 2 Lintau Buo yang berada di Kecamatan Lintau Buo,Kabupaten Tanah Datar
Sumatera Barat. Sekolah ini berada didaerah perbukitan dengan kultur tanah yang
cocok untuk daerah pertanian dan perkebunan.
Sekolah ini juga memiliki
lahan yang luas sehingga mampu dikembangkan menjadi lingkungan yang tepat untuk melatih anak
didiknya mengenal cara bertani dan bercocok tanam, tentu selain mata pelajaran akademik
seperti sekolah lainnya.
Maka hampir setiap hari
disekolah ini ada saja anak-anak yang membawa cangkul untuk mengolah tanah agar
bisa ditamanami dengan tanaman yang bermamfaat, seperti belajar menanam sayuran,
umbi-umbian, jagung, dan jenis tanaman lainnya.
Sehingga sudah menjadi
pemandangan biasa disekolah ini anak-anak membawa pupuk kandang untuk memupuk
tanaman tersebut. Tentu yang paling menarik dan menyenangkan adalah ketika
panen tiba. Anak-anak sangat senang dan bergembira memetik hasil karyanya sendiri ketika
belajar bertani.
Hasil panen yang membikin bangga sekolah dan siswa (foto mentari literasi)
Hasil pertanian tadi seperti
ubi kayu kemudian diolah menjadi kerupuk ubi, dan dinikmati secara bersama-sama
disekolah. Hal tersebut menjadikan suatu bentuk kebanggaan tersendiri bagi anak
yang sedang mencari jatidirinya ketika jerih payah, kreasi, dan karyanya
membuahkan hasil yang dapat dinikmati langsung.
Hasil pertanian tersebut
juga dibagikan kepada masing-masing anak dan bisa dibawa pulang kerumahnya
masing-masing. Tentu hasilnya juga dapat dinikmati bersama dengan keluarga
dirumah.
Tentu kita sebagai orang tua
dan masyarakat sekitarnya dapat mendukung sepenuhnya kegiatan yang
diselenggarakan disekolahini melalui mata pelajaran prakaryanya. Dan masyarakat
diharapkan dapat memberi sumbang saran
kesekolah agar kegiatan sekolah ini dapat berkembang lagi untuk masa mendatang.
Semoga saja…
0 Response to "Mata Pelajaran Pakarya Mengajari Anak Menjadi Kreatif, Inovatif dan Mandiri"
Posting Komentar