Kedekatan masyarakat
minangkabau dengan alam memang tak diragukan
lagi. Sejak lahirnya suku minangkabau, alam menjadi pedoman, pengarah dan
penuntun kehidupan bagi masyarakatnya , sehingga semua yang ada dialam tak
pernah luput dari penglihatan dan pengamatan, memang benar alam bak seorang guru
bagi kehidupan sehari-hari masyarakat minang.
Ubi Kayu (manihot utillissima) salah satu filosofi kehidupan masyarakat Minangkabau (foto Mentari Literasi
Berbagai pengakuan pun ditunjukan
serta dikuatkan, dengan salah satu pernyataan yang masih populer hingga saat
ini, yaitu “ alam takambang jadi guru”. Makna dari ungkapan diatas adalah
lingkungan tempat tinggal bagi suku yang mendiami propinsi Sumatera Barat ini
menganggap bahwa alam bahagian penting yang tak terpisahkan dalam kehidupannya.
Kedekatan manusia dengan alam
di minangkabau tidak hanya mempengaruhi kehidupan sosial saja, tetapi dalam
agama dan kepercayaan pun alam mempengaruhi watak dan karakter manusianya, terlebih
lagi aturan yang berlaku diminangkabau kabau berpedoman pada agama dan syariat,
sehingga dikatakan “ adat basandi syarak, dan suarak basandi kitabullah”.
Terkadang syarak atau keyakinan terkontaminasi dari alam sekitar.
Berbagai tanamam yang hidup
dialam, dijadikan sebagai model untuk ditiru sehingga dijadikan contoh dalam
mengarungi hidup. Alam dijadikan sebagai tempat belajar, alam dianggap sebagai
teman dikala suka maupun duka. Alam merupakan sahabat sejati yang sangat dekat
bagi suku minangkabau selama ini.
Sehingga tanaman menjadi perhatian
bagi masyarakat suku minangkabau, beberapa tanaman dan tumbuhan dijadikan
sebagai filosofi bagi masyarakat. Tanaman dianggap sebagai sosok atau model
yang dapat ditiru. Tanaman dijadikan simbol untuk ditauladani, tentu berdasarkan
kelebihan dan keunikan yang dimiliki tumbuhan tersebut.
Ubi kayu atau singkong
misalnya, tanaman yang dikenal dengan nama latin ‘manihot utillisima”, bagian tanaman yang hidup diwilayah tropika dan
subtropika. Sebuah tanaman yang mudah tumbuh dan berkembang biak, dan tanaman
yang memiliki karbohidrat yang cukup tinggi untuk keperluan tubuh manusia.
Ubi kayu termasuk jenis
tanaman yang digemari didaerah minangkabau, karena isinya (umbi) yang
dihasilkan dapat diolah menjadi bahan makanan, dan daunnya pun bisa dimamfaatkan
sebagai sayuran yang sangat penting untuk tubuh manusia.
Disamping umbi (sebutan isi
pada ubi kayu) digunakan sebagai bahan baku makanan, karena mudah ditemui
dipelosok negeri ini, dengan harga yang tak begitu mahal, dan mudah diolah,
batangnya pun dapat dijadikan masyarakat untuk kayu bakar sebagai alternatif
dari bahan bakar untuk memasaka makanan.
Karena begitu mudahnya untuk
dibudidayakan serta mudah tumbuh dan berkembang, maka ubi kayu menjadi simbol
sebagai anak minang yang berkarakter bagus, seorang anak yang mudah beradaptasi
dengan lingkungan, dan seorang anak yang mudah menyatu dengan lingkungan tempat
mereka tinggal.
Sehingga ubi kayu (batang
ubi) dianggap sebagai tumbuhan yang perlu dicontoh, terutama bagi orangtua minangkabau
yang mempunyai anak dan keturunan, mereka berharap agar anak yang dilahirkan,
disayangi dan dibesarkan akan memiliki karakter seperti ubi kayu sebagai
tanaman yang berkarakter tinggi yang mudah hidup tanpa memilih tempat dan
musim.
Tanaman yang tidak
memerlukan perawatan khusus, tetapi tetap saja tumbuh dan mampu memberikan hasil
yang cukup bagi manusia. Tanaman yang bernilai guna, tidak rewel dan tidak
pilih tempat untuk hidup. Walau tercampak sekalipun mereka bisa juga hidup dan memberikan
mamfaat bagi makhluk hidup lain
Wajar dan cukup beralasan
memang bahwa ubi kayu dijadikan panutan bagi manusia, paling tidak manusia
dapat mencontoh karakter ubi kayu yang mempunyai sifat pendiam tetapi berisi.
Sehingga banyak orang mengatakan duduklah kamu seperti duduk batang ubi (ubi
kayu), tumbuhan yang tenang, berwibawa dan tak banyak bicara tetapi sanggup memenuhi
kebutuhan manusia.
0 Response to "Filosofi Ubi Kayu Bagi Masyarakat Minangkabau"
Posting Komentar