F Saatnya Orangtua Membangun Kembali Karakter Anaknya Dari Rumah | Mentari Literasi

Saatnya Orangtua Membangun Kembali Karakter Anaknya Dari Rumah


Saat covid-19 korona masih menyerang kesehatan dan menggoyang semua lini kehidupan manusia dinegeri ini, maka kemungkinan anak-anak dinegeri ini untuk sementara waktu akan menghabiskan waktunya dilingkungannya masing-masing, terutama sekali bagi tunas bangsa yang sedang menduduki bangku sekolah tetap dihimbau untuk tetap belajar, berada, beraktivitas, dan mendapatkan pendidikan maksimal secara utuh  dari rumahnya.
Pendidikan anak dilakukan dimana saja dan kapan saja,(Dokumen Foto Mentari Literasi)

Dengan beralihnya sentral pendidikan dari sekolah kerumah, maka peran orang tua akan menjadi ganda dan sangat strategis, karena anak-anak mereka senantiasa berada disampingnya dalam waktu yang relatif lama dari biasanya. Sehingga orang tua dapat langsung melihat, menilai dan menyaksikan sendiri karakter anaknya dengan mata kepala sendiri.
Pada kondisi demikian orang tua diharapkan dan dihadapkan pada permasalahan baru yang mengharuskannya untuk menyegarkan kembali ingatan ,pikiran, ilmu, wawasan, dan segenap kemampuan insting dan naluri kependidikan yang ada padanya untuk menghadapi putra putrinya yang sedang berada ditengah-tengah dirinya.Sedangkan selama ini sangat jarang momen itu terjadi. Karena biasanya orangtua selalu disibukan dengan urusan lain.
Sehingga karakter atau sikap yang seharusnya menjadi tugas mereka untuk membangunnya secara utuh seringkali terabaikan, karakter anaknya berbeda dengan harapan yang dinginkannya, sifat anak yang tidak sama dengan orangtuanya sehingga seringkali kita mendengar orang tua yang mengeluh terhadap tingkah pola anaknya sendiri. Orangtua seakan tidak berdaya oleh perilaku anaknya sendiri.
Maka sekaranglah saat yang tepat bagi orangtua untuk mengarahkan anaknya kehal-hal bermamfaat yang dianggap baik oleh orangtua. Keberadaan anak dirumah bisa membangun sikap positif yang belum tampak selama ini. Orang tua bisa mengarahkan anaknya sesuai dengan keinginanya.
Karakter adalah perilaku seseorang yang membedakan satu dengan yang lainnya sebagai hasil dari proses interaksi seseorang dengan lingkungannya. Masih segar dalam ingatan kita beberapa bulan yang lalu aksi demo pelajar SMK yang berlangsung anarkis di depan gedung dewan perwakilan rakyat di Jakarta.
Begitu bringasnya aksi mereka merusak fasilitas umum seolah mereka lupa dengan statusnya sebagai pelajar. Tidak hanya itu berbagai kasus kriminal lain seperti gerombolan geng motor yang akhir-akhir ini marak pelakunya banyak yang berasal dari anak muda dan pelajar. Prilaku gaya hidup bebas, aksi kriminal, tawuran antar pelajar, sampai pada penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang kerap melibatkan pelajar sebagai pelakunya.
Dunia pendidikan seolah tidak pernah terlepas dari isu-isu aksi-aksi kriminal, dan radikalisme. Oknum pelajar yang terlibat kekerasan bahkan sampai penganiayaan terhadap gurunya sendiri sering viral di media-media sosial di jaman sekarang ini. Sedih bercampur prihatin, pelajar yang seharusnya bersikap cerdas, kritis, berwawasan luas dan menjadi contoh bagi masyarakat justru bertindak sebaliknya.
Jika kita renungkan kembali apa yang salah dengan pola pendidikan yang diterapkan pemerintah saat ini. Tidak kurang pemerintah telah menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk melatih guru-guru yang ada di Indonesia untuk menerapkan pendidikan karakter agar generasi-generasi mendatang menjadi tumpuan masa depan bangsa.
Pendidikan karakter adalah sebuah paradigma yang diusung pemerintah agar Indonesia ke depan memiliki generasi-generasi yang unggul yang bisa bersaing dengan bangsa lain untuk menuju Indonesia yang lebih maju. Sesuai dengan slogan SDM maju Indonesia Unggul.
Tapi manakala generasi-generasi muda dan para pelajar tidak lagi memiliki karakter yang diharapkan oleh pemerintah, maka bangsa ini akan terus terjebak dalam persoalan karakter seolah tiada ujung bahwa pendidikan harus bertanggung jawab terhadap kelangsungan para pemuda dan pelajar yang ada di tanah air ini.
Karakter pada dasarnya dibentuk dan ditempa di mana lingkungan manusia berada. Karakter manusia dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor lingkungan. Faktor biologis merupakan faktor genetik pembawaan dari orang tuanya. Sedikit banyak karakter orang tua akan menurun pada anak-anaknya. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena sudah menjadi takdir sifat dan pembawaan orang tua secara otomatis akan menurun pada si anak.
Meskipun demikian faktor genetik atau biologis ini bukan menjadi dominan karena harus melewati seleksi lingkungan yang lebih banyak berpengaruh terhadap pembentukan karakter seseorang.
Faktor lingkungan terdiri dari tiga yaitu:(1) Lingkungan keluarga, keluarga merupakan unit sosial terkecil sebagai tempat utama terjadinya sosialisasi (pewarisan nilai dan budaya). Keluarga memiliki peranan yang sangat penting untuk menumbuhkan perkembangan karakter seseorang.
Anak akan memiliki karakter keras jika perilaku orang tua menunjukkan kekerasan dalam keluarga. Apa yang dilakukan orang tua akan dilihat dan dicontoh oleh anak-anaknya. Padahal hampir sepanjang waktu anak bersama keluarga sehingga semua yang dilakukan oleh orang tua akan terekam oleh anak dan secara tidak sadar akan mempengaruhi pembentukan karakter si anak.
Sebailnya orang tua yang lembut, penuh kasih sayang, rajin, menghargai waktu, dan peduli terhadap anggota keluarga maka si anak kemudian hari akan menjadi anak yang rajin, sopan, dan memiliki rasa peduli terhadap sesama.
(2) Lingkungan Masyarakat atau teman sebaya. Lingkungan masyarakat merupakan media sosialisasi yang kedua setelah keluarga. Lingkungan yang baik, aman, tenang, dan damai akan menambah dan mewarnai karakter anak hingga tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya lingkungan masyarakat yang bising, tidak aman, penuh dengan pelanggaran norma-norma sosial maka secara tidak langsung anak akan terpapar oleh nilai-nilai yang tidak baik sehingga dikemudian hari anak akan mudah menyimpang dari nilai-nilai sosial yang ada.
(3) Lingkungan Sekolah, merupakan lingkungan ketiga yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter anak dan menentukan kehidupan masa depan anak.
Lingkungan sekolah merupakan lingkungan mendasar yang sangat berperan dalam pembentukan karakter anak. Pewarisan budaya melalui lingkungan pendidikan menjadi kunci keberhasilan pembentukan karakter peserta didik.
Bahkan sekolah merupakan wadah pembentukan karakter anak yang paling lengkap, mulai dari pengetahuan umum, science, dan pengetahuan agama secara lengkap diberikan di bangku sekolah.
Tidak hanya itu di lembaga pendidikan sekolah peserta didik dilatih ketrampilan, bakat, dan minat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu pemerintah fokus terhadap dunia pendidikan tidak salah jika pemerintah mengalokasikan 20% APBN untuk kebutuhan pendidikan. Tugas sekolah sangat berat harus mengemban amanah pemerintah, lewat kebijakan sekolah dan melalui tangan-tangan guru nasib masa depan bangsa ada di tangan mereka.
Tetapi keadaan darurat covid-19 ini proses pendidikan menjadi lain, tugas sekolah yang seharusnya dilakukan oleh guru beralih kepundak orangtua masing-masing, tentu saja ada juga baiknya,karena orang tua dapat menanamkan kembali karakter yang ada pada masing-masing keluarga. Secara umum karakter ini mungkin sama, tetapi setiap kelurga tentu saja berbeda penerapannya.
Maka saat anaknya bersama mereka maka kesempatan yang baik mengembalikan kebiasaan anak yang mulai hilang oleh pengaruh lingkungan selama ini. Orangtua dapat leluasa memantau ibadah anaknya, mengajarkan tanggung jawab bekerja, mengajarkan disiplin diri, atau menjalankan aturan-aturan kelurga lainnya.
Jadi sangat ideal rasanya orangtua dapat membangun karakter anaknya kembali pada masa wabah corona ini, sehingga apa yang diharapkan orangtua terhadap karakter yang diinginkan akan dapat diwujudkan sesuai dengan selera keluarga. Selamat para keluarga ! gunakanlah kesempatan baik tersebut untuk membentuk keperibadian anak sendiri kearah yang lebih baik.

0 Response to "Saatnya Orangtua Membangun Kembali Karakter Anaknya Dari Rumah "

Posting Komentar