Kedekatan kehidupan masyarakat
minangkabau dengan alam semesta, tentu sangat berkaitan dengan keyakinan,
kepercayaan dan agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat minang yaitu agama
Islam.
dokumen Foto Mentari Literasi
Dalam ajaran agama Islam,
alam semesta beserta isinya (langit dan bumi) adalah ciptakan Allah SWT , yang
menggambarkan kebesaran dari Sang Pencipta yang tiada taranya di dunia ini
(Pada Surah Al-Baqarah Ayat – 22).
Karena hal demikian tentu sangat
besar pengaruhnya terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat minangkabau, yang
senantiasa taat terhadap agamanya dan selalu mempercayai kitab suci Alquran
sebagi pedoman dalam kehidupannya.
Pengakuan bahwa alam semesta
ini merupakan sumber pengetahuan dan sebagai guru dalam kehidupan bagi
masyarakat minangkabau, diungkapkan dengan pepatah minangkabau yang berbunyi “
Alam Takambang Jadikan Guru”. yang bermakna “ Alam semesta ini merupakan guru bagi kehidupan manusia”.
Sebuah filosofi yang sampai
sekarang masih dipegang erat oleh generasi minangkabau bahwa perobahan dan setiap
gejala-gejala yang diperlihatkan oleh alam selalu bermakna dan mengandung nilai
pelajaran untuk keberlangsungan kehidupan.
Makanya terkadang
pesan-pesan yang hendak disampaikan kepada anak kemanakan diranah minang
digambarkan sacara halus dan dengan kiasan yang sangat apik sekali, seperti
salah satu contohnya “ Hiduplah bagai
batang ubi, Hiduplah bagai beringin ditengah padang, Janganlah hidup seperti
jilatang’. dan lain sebagainya.
Banyak lagi
ungkapan-ungkapan serupa yang lahir dari hati sanubari dan perasaan halus
penyair dan sastrawan minangkabau tempo dulu yang sangat menyentuh perasaan,
yang tentunya tetap menjadi pedoman kehidupan untuk ditiru dan diguguh.
Begitu indahnya untaian
kata-kata yang diungkapkan seniman minangkabau tersebut, menandakan bahwa sejak
dahulunya alam semesta dan seluruh isinya telah menjadi pedoman dalam setiap
lini kehidupan masyarakat.
Dengan begitu berarti
kehidupan makhluk hidup yang merupakan bahagian dari alam semesta, tentu tak
luput satupun dari penglihatan dan pandangan masyarakat minangkabau seperti
ungkapan berikut “ Cewang dilangik tando
kapaneh, Gabak dihulu tando kahujan”. yang berarti ‘ Jika langit bersih sedari pagi berarti cuaca akan cerah, sedangkan
jika diujung langit agak gelap kekelam-kelaman, maka suatu pertanda akan hujan turun’,
Begitu dekatnya kehidupan
masyarakat minangkabau dengan alam maka sebelum ditemukan teknologi modern yang
diciptakan manusia sekarang seperti alat pendeteksi cuaca, ilmu tentang
sifat-sifat alam, dan lain sebagainya. Nenek moyang minangkabau telah mengenal
ilmu pegetahuan tersebut dengan baik.
Terkadang jika kita
pikirkan, maka kedekatan masyarakat minangkabau dengan alam semesta ini tentu
telah merupakan takdir dari Yang Maha Kuasa pemilik alam ini. Karena ada-ada
saja bentuk contah alam yang dapat dijadikan bahan pelajaran dalam setiap waktu
yang diperlihatkan Allah SWT.
Pohon kelapa misalnya, jika
kita lihat kultur dan sifat yang dimiliki pohon kelapa adalah memilki batang
yang tinggi dan hampir lurus, sehingga sering dijadikan orang untuk pengganti bahan
kayu yang digunakan untuk bangunan.
Tetapi tidak demikian halnya
dengan sebatang pohon kelapa yang ada dinagari Buo, Kecamatan Lintau Buo
Kabupaten Tanah datar ini. Dimana jika disekelilingnya tumbuh pohon kelapa lain
yang tumbuh dengan normal, tetapi pohon kelapa yang satu ini tumbuh dengan
keadaan unik yang tidak lazim seperti pohon lainnya.
Batangnya yang bengkok,
bahkan terdiri dari bebarapa bengkokan yang berliku-liku. Jika kita lihat dan
dihubungkan dengan bahasa minangkabau, bengkok dimaknai dengan kehidupan yang
kurang baik. Suatu sifat yang berarti tidak jujur.
Jadi pohon kelapa yang
tumbuh dengan bengkok seperti ini menandakan bahwa kurang baik untuk dijadikan
karakter dalam kehidupan didunia ini. Dan sejalan dengan perputaran waktu,
entah kenapa pohon kelapa yang biasanya tegar berdiri, suatu ketika karena
terjadinya hujan disertai petir, maka pohon kelapa yang bengkok tadi tersambar
oleh petir yang dahsyat tersebut.
Akibatnya pohon kelapa tadi
tidak berdaun lagi, sekarang hanya tinggal batangnya yang bengkok yang akan
dijadikan pelajaran bagi banyak orang. Terutama bagi anak-anak, kaum muda, dan
segenap manusia yang akan mengarungi
kehidupan didunia ini.
Sebab sifat yang tidak jujur
atau bengkok dalam bahasanya minangkabau merupakan sifat yang tidak baik, dan
tidak diinginkan manusia apalagi oleh Allah SWT. Maka keadaan pohon kelapa yang
bengkok tadi, merupakan contoh dari alam untuk dijadikan pelajaran untuk
dijadikan ikhtibar dalam kehidupan.
Pohon kelapa bengkok sampai
hari ini telah menjadi saksi bisu bahwa Allah juga murka dan tidak mengizinkan
kehidupan yang tidak baik bertahan lebih lama didunia ini. Dan sebaliknya
kehidupan yang jujur dan baik tentu akan bertahan lama.
Mudah-mudahan dengan adanya
pesan dari alam tersebut semua kita dapat mengambil pelajaran, sehingga
kehidupan kita selamat didunia dan diakhirat nanti. Amin-amain YaRabbal Alamin…
Semoga saja ya…
0 Response to "Alam Semesta Merupakan Guru Bagi Kehidupan Masyarakat Minangkabau"
Posting Komentar